Kamis, 09 Agustus 2012
Komunikasi Antar Pribadi: Messages and Conversations (The Communication Process)
Rabu, 06 Juni 2012
Cultivate Theory - Mengamati dan Menganalisa Program Kekerasan di Televisi
Telepon Seluler sebagai Media Komunikasi Massa
Living With the Internet
Jumat, 20 April 2012
Apakah tablet PC (iPad) Menjadi Pembunuh atau Penyelamat Media Cetak?
Kompas; Ekspedisi Cincin Api
Perkembangan Teknologi Komunikasi: Radio
Journalism
1. Empat teori pers (klasik)
a. Teori pers libertarian
Sistem ini sangat mendukung the free market of idea (kebebasan berpendapat). Termasuk kebebasan berekspresi melalui media massa. Teori ini memutarbalikkan posisi manusia dan Negara. Manusia tidak lagi dianggap sebagai mahluk berakal yang mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Pers dianggap sebagai mitra dalam mencari kebenaran. Dalam teori Libertarian, pers bukan instrument pemerintah, melainkan sebuah alat untuk menyajikan bukti dan argumen-argumen yang akan menjadi landasan bagi orang banyak untuk mengawasi pemerintahan dan menentukan sikap terhadap kebijaksanaannya. Pers seharusnya bebas dari pengawasan dan pengaruh pemerintah agar kebenaran bisa muncul. Baik kaum minoritas maupun mayoritas, kuat maupun lemah, harus dapat menggunakan pers. Pada system ini, hubungan pers dengan pemerintahan adalah mitra kebenaran. Pers seharsunya bebas dari pengawasan dan pengaturan pemerintah.
b. Teori pers otoriterian
Sistem ini memandang kedudukan negara lebih tinggi daripada individu. Dalam konteks komunikasi, terjadi pengendalian yang ketat atas komunikasi massa. Pemerintah langsung menguasai dan mengawasi kegiatan media massa kebebasan pers sangat bergantung pada kekuasaan mutlak seorang raja. Jelas bahwa konsep pers seperti ini menghilangkan fungsi pers sebagai pengawas pelaksanaan pemerintah. Kebenaran dianggap harus diletakkan dekat dengan pusat kekuasaan yang harus didukung
c. Teori pers yang menekan tanggungjawab sosial
Teori ini diberlakukan sedemikian rupa oleh beberapa sebagian pers. Teori tanggungjawab sosial punya asumsi utama bahwa kebebasan, mengandung didalamnya suatu tanggung jawab yang sepadan dan pers yang telah menikmati kedudukan terhormat dalam pemerintahan, harus bertanggungjawab kepada masyarakat dalam menjalankan fungsi-fungsi penting komunikasi massa dalam masyarakat modern. Asal saja pers tahu tanggungjawabnya dan menjadikan itu landasan kebijaksanaan operasional mereka, maka sistem libertarian akan dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Jika pers tidak mau menerima tanggungjawabnya, maka harus ada badan lain dalam masyarakat yang menjalankan fungsi komunikasi massa.
d. Teori pers soviet komunis
Dalam teori Soviet, kekuasaan itu bersifat sosial, berada di orang-orang, sembunyi di lembaga-lembaga sosial dan dipancarkan dalam tindakan-tindakan masyarakat, sehingga yang berhak menggunakan media pers hanya orang-orang yang setia pada penguasa dan anggota yang ortodok. Tugas pokok pers dalam system pers komunis adalah menyokong, menyukseskan, dan menjaga kontinuitas system sosial Soviet (pemerintah partai). Fungsi pers komunis adalah memberi bimbingan secara cermat kepada masyarakat agar terbebas dari pengaruh-pengaruh luar yang dapat menjauhkan masyarakat dari cita-cita partai. Kekuasaan itu mencapai puncaknya jika digabungkan dengan semberdaya alam dan kemudahan produksi dan distribusi dan jika ia diorganisir dan diarahkan.
Sumber: Azwar, Rully Chairul. 2009. Politik Komunikasi Partai Golkar di Tiga Era. Tanpa tempat: Grasindo.
http://www.scribd.com/doc/29764222/4-teori-pers (diakses 13 Maret 2012).
http://dheroize.blogspot.com/2011/06/sejumlah-pemikiran-lain-tentang.html (diakses 13 Maret 2012).
http://gudangilmu-blooddy.blogspot.com/2010/06/teori-empat-pers.html (diakses 13 Maret 2012)
2. Perbedaan jurnalistik dan publisistik
· Jurnalistik: merujuk kepada aktifitas yang menyangkut kewartawaan. Kepandaian praktis (kepandaian mengarang yang pada pokoknya ditujukan untuk memberi kabar pad amasyarakat dengan cepat agar tersiar seluas-luasnya.
· Publisistik: ilmu jurnalistik sebagaimana yang telah diajarkan di kampus-kampus. Ilmu pernyataan antar manusia, yang merupakan kepandaian ilmiah yang mempelajari seluk beluk penyiaran berita, secara keseluruhannya, dan menyangkut segala saluran yang bukan saja media pers, melainkan juga radio, televisi dan film.
Sumber: Wibowo, Wahyu. 2007. Berani Menulis Artikel: Babak Baru Kiat Menulis Artikel untuk Media Massa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
http://islamemansipatoris.blogspot.com/2011/02/kapita-selekta-jurnalistik.html (diakses 13 Maret 2012)
3. Pengertian jurnalistik dan pers
· Secara teknis, jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengam secepat-cepatnya.
· Menurut pasal 1 ayat (1) UU Pokok Pers No. 40/1999, Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, menyampaikan informasi baik dalam berupa gambar, tulisan dan suara serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.
Sumber: Sumadiria, AS Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
SEVEN DEADLY SINS (2)
Tujuh dosa yang mematikan dalam pers yaitu
1. Distorsi Informasi
Menambah atau mengurangi informasi, sehingga maknanya berubah.
2. Dramatisasi Fakta
Memberikan ilustrasi secara berlebihan.
3. Mengganggu "privacy"
Peliputan skandal seseorang, hingga privasinya terganggu.
4. Pembunuhan Karakter
Praktik ini umumnya dialami secara individu, kelompok atau organisasi yang diduga terlibat dalam melakukan kejahatan.
5. Eksploitasi Seks
Biasanya dilakukan dalam pemberitaan dengan menempatkan di halaman depan tulisan yang bermuatan seks.
6. Meracuni Benak
Dilakukan di dunia periklanan dengan cara menempatkan figur anak-anak.
7. Penyalahgunaan Kekuasaan
Pengontrolan pemberitaan mega massa dengan menggunakan kekuasaannya.
SEVEN DEADLY SINS
1. Sloth
Sloth (kemalasan) menjadi sebuah dosa, karena kemalasan mengakibatkan kegagalan manusia untuk mengembangkan talenta yang telah diberikan kepada dia. Walaupun kemalasan adalah dosa yang paling ringan dibandingkan dosa lainnya namun kemalasan adalah pemicu utama dosa-dosa lain yg lebih besar. Dosa kemalasan juga berhubungan dengan putus asa. Orang malas dan putus asa adalah sebuah suatu kondisi dimana seseorang gagal memanfaatkan talenta yg dimilikinya.
2. Wrath
Bahasa latin wrath (amarah) adalah ira yang dikenal juga anger or rage, amarah dapat menimbulkan sebuah penyangkalan akan kebenaran, ketidak sabaran, balas dendam dan menimbulkan suatu niat jahat untuk menghancurkan seseorang. Amarah dapat timbul akibat dari alasan yang egois, semacam kecemburuan.
3. Gluttony
Bahasa latin gluttony (kerakusan) adalah gula yang memiliki pengertian mengkonsumsi secara berlebihan hingga mencapai sebuah titik point yang sia-sia.
4. Envy
Bahasa latin envy (kecemburuan) adalah invidia yang berarti suatu kondisi akan ketidakpuasan dari sebuah keinginan.
Kecemburuan timbul akibat 2 faktor utama yaitu:
a) Kondisi ketidakmampuan untuk memiliki sebuah benda yang lebih baik. (
b) Ketidakpuasan hati kita untuk melihat seseorang yang memiliki kondisi lebih bahagia dari kita.
5. Lust
Bahasa latin lust (nafsu) adalah luxuria memiliki sebuah artian nafsu birahi. Nafsu birahi disamakan sebagai kebiasaan sex, namun hal ini termasuk ke dalam sexual addiction, fornication, adultery, bestiality, rape, perversion dan incest. (semua hal ini memiliki pengertian zinah dan perbuatan nafsu birahi lainnya).
6. Greed
Bahasa latin greed (keserakahan) adalah avaritia yang juga dikenal sebagai avarice / covetousness yang berarti hampir sama seperti nafsu dan kerakusan hanya ini lebih mengarah kepada kekayaan. Kekayaan membuat semuanya berubah, bahkan demi sesuatu yang fana kita rela menjual sesuatu yang abadi demi uang.
Termasuk didalamnya:
a) Disloyalty, Deliberate Betrayal or Treason yang mengarah kepada pengkhianatan terutama untuk memperoleh kepentingan pribadi.
b) Scavenging and Hoarding Material (Penimbunan kekayaan)
c) Theft and Robbery (Pencurian dan perampokan terutama pada penipuan, kekerasan dan penyelewengan hokum)
d) Simony (Meminta sumbangan untuk kepentingan sendiri)
7. Pride
Bahasa latin pride (kesombongan) adalah superbia yang dikenal juga hubris, yaitu dosa paling utama, ter-origin, dan paling berbahaya dari seluruh dosa yang ada termasuk sumbernya yang menciptakan dosa ini adalah iblis tingkat tertinggi. Harga diri yang tinggi seorang manusia membuat manusia menjadi sombong, kesombongan membuat mereka menjadi merasa paling benar diantara yang lain.
Kesombongan membuat manusia menjadi terkutuk dimata Tuhan. Kesombongan membuat manusia mencintai dirinya sendiri. Kesombongan merupakan puncak dari seluruh dosa yang berarti, demi harga diri apapun akan dilakukan.